Sabtu, 24 Maret 2018

Momentum Kiprah Bahasa Indonesia Ahad Ke 3


Nama: Muhammad Hafiz Pahlevi
Kelas : 1KB07
Dosen : Ahmad Nasher











Ragam Bahasa Indonesia





A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa ialah variasi bahasa berdasarkan pemakaian, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, berdasarkan korelasi pembicara, mitra bicara, orang yang dibicarakan, serta berdasarkan medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua perkara pokok, yaitu perkara penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, menyerupai di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, menyerupai di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku. 
     B.  Macam – macam ragam bahasa

1.    Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, mempunyai ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan akad penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas forum atau instansi didalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku semoga sanggup menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah kaidah ihwal norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980). Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua yaitu :
          a) Ragam bahasa lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan sanggup membantu pemahaman. Ragam bahasa baku verbal didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku verbal alasannya ialah situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan verbal dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan verbal dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa verbal dituliskan, ragam bahasa itu tidak sanggup disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh alasannya ialah itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak memperlihatkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak sanggup dikatakan sebagai ragam tulis. Ciri-ciri ragam verbal :
1    -  Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2    - Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
      -Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
            - Berlangsung cepat;
            -  Sering sanggup berlangsung tanpa alat bantu;
            - Kesalahan sanggup pribadi dikoreksi;
     -Dapat dibantu dengan gerak badan dan mimik wajah serta intonasi.
    Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang-bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau berbincang-bincang, alasannya ialah tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian menyerupai halnya pidato ataupun ceramah.
     b) Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis ialah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan goresan pena dengan abjad sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa menyerupai bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis ialah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1    -Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2     - Tidak terikat ruang dan waktu
3.      Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
4.       Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
5.      Kalimat dibuat dengan struktur yang lengkap, dan
6.      Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
7.      Berlangsung lambat
8.      Memerlukan alat bantu


2.      Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur

a.       Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa sanggup menjadikan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing mempunyai ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b” pada posisi awal ketika melafalkan nama-nama kota menyerupai Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan lain-lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” menyerupai pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b.      Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, contohnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, contohnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
c.       Ragam bahasa berdasarkan perilaku penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap mitra bicara (jika lisan) atau perilaku penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) perilaku itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan mitra bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi perilaku tersebut. Misalnya, kita sanggup mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan mitra bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan mitra bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku digunakan dalam :
1.        Pembicaraan di muka umum, contohnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas menawarkan kuliah/pelajaran.
2.        Pembicaraan dengan orang yang dihormati, contohnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat.
3.        Komunikasi resmi, contohnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang.
4.        Wacana teknis, contohnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

3.      Ragam Bahasa berdasarkan Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian

Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok problem yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok problem yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan berdasarkan pokok problem atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, contohnya masjid, gereja, vihara ialah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok problem yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain.



Sumber : https://illegiblebachelor.blogspot.com//search?q=makalah-ragam-bahasa-indonesia



A.    Kesimpulan
Ragam Bahasa ialah variasi bahasa berdasarkan pemakaian, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, berdasarkan korelasi pembicara, mitra bicara, orang yang dibicarakan, serta berdasarkan medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa mencakup bahasa verbal dan bahasa baku tulis. Pada ragam bahasa baku tulis diperlukan para penulis bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa verbal diperlukan para warga negara Indonesia bisa mengucapkan dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.
           B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya kita semua mempelajari ragam bahasa yang kita miliki, kemudian mempelajari dan mengambil hal-hal yang baik, yang sanggup kita amalkan dan kita pakai untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.